Oleh: Alm. Prof. DR. H. Tgk.
Muhibbuddin Muhammad Waly
Pedoman dan gambaran global mengenai jalan ini adalah firman Allah SWT
dalam kitab suci Al-Qur’an surat 72 Al-Jin ayat 16-17, Makkiyyah:
Èq©9r&ur (#qßJ»s)tFó$# n?tã Ïps)Ì©Ü9$# Nßg»oYøs)óV{ ¹ä!$¨B $]%yxî ÇÊÏÈ ÷LàioYÏGøÿuZÏj9 ÏmÏù 4 `tBur óÚÌ÷èã `tã Ìø.Ï ¾ÏmÎn/u çmõ3è=ó¡o $\/#xtã #Yyè|¹ ÇÊÐÈ
“Dan bahwasanya: Jikalau mereka
tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan
memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). Untuk kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barang
siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke
dalam azab yang amat berat.” (Q.S. 72 Al-Jin:
16).
Pengertian
ayat di atas adalah sebagai berikut:
Bahwa agama Islam penuh dengan nilai-nilai
keselamatan dunia akhirat. Nilai-nilai keselamatan ini diantaranya sebagai
berikut:
1.
Jalan yang bersifat lahiriah yang mesti dipercayai dan diamalkan. Jalan
ini dikenal dengan syari’at Islam, dimana ia berpedoman atas kitab suci
Al-Qur’an yang dijelaskan melalui sabda Rasulullah SAW, perbuatan Baginda, penyaksian
Baginda yang menggambarkan pembenaran dari Baginda atau ketidaksetujuan Baginda
pada sesuatu yang merupakan perkataan manusia atau perbuatannya atau akhlaknya.
Di samping itu pula hal yang berkenaan
dengan sentuhan hati dari umat manusia adakala bersifat vertical dari makhluk
kepada Sang Khaliq, adakala bersifat horizontal, yang ini berkaitan dengan
sesama manusia.
Hal-hal yang tersebut di atas ditindaklanjuti
oleh para sahabat-sahabat Baginda Nabi dan umatnya yang mampu memahaminya
karena ada pada mereka alat-alat berupa ilmu pengetahuan yang mencukupi dari
segala bidang; yang dengan ilmu pengetahuan tersebut mereka dapat memperluas
nilai-nilai keislaman. Dalam seluruh permasalahan yang berkaitan dengan dunia,
khususnya dalam bidang keagamaan. Mereka adalah daripada ulama yang memperluas
nilai-nilai syari’at Islam. Hasil-hasil dari karya mereka diistilahkan dengan Fiqh
Islam, dan ketika terdapat perbedaan pemahaman antara mereka, dapat
diartikan sebagai bentuk perbedaan yang benar, melihat kepada maksud untuk
lebih meluasnya kajian dalam lapangan Syari’at Islam.
Setelah disebutkan dengan Fiqh Islam yang
tidak terpisah dari berbagai mazhab yang mu’tabar, seperti empat madzhab;
Hanafi, Maliki, Syafi’ie dan Hanbali. Madzhab inilah yang telah disepakati oleh
agama Islam dan umat Islam, dimana tidak boleh keluar dari madzhab tersebut
kecuali pada hal-hal yang diluar madzhab empat dan pada hakikatnya tidak
bertentangan dengan empat madzhab itu atau dengan sebagiannya.
2.
Jalan yang bersifat aqidah atau dogma, jalan ini adalah pokok
utama dari semua nilai-nilai Islam. Jalan ini disebut dengan jalan tauhid yakni
kepercayaan hati kita, yang tidak lapuk karena hujan dan tidak lekang karena
panas. Itulah hakikat dari semua penyampaian nilai-nilai yang berharga untuk
keselamatan hidup manusia dunia akhirat. Yang pokok-pokoknya terdapat dalam
kitab suci Al-Qur’an, Hadits dan Sunnah Rasulullah SAW. Nilai-nilai kaidah dari
pada jalan ini telah dirumuskan oleh para imam-imam besar, seperti Abu Hasan
Al-Anshari dan Abu Mansur Al-Maturidi. Dan nilai-nilai kaidah daripada jalan ini
merupakan nilai-nilai yang begitu penting dan sangat utama bagi diri pribadi
umat Islam secara keseluruhan.
Ketahuilah bahwa kaidah-kaidah atau
nilai-nilai pokok utama yang bersifat global itu dasarnya adalah sunnah
Rasulullah SAW, dan sunnah para sahabat Baginda berdasarkan sabda Baginda yang
artinya: “Wajib atas kalian semua (hai ummatku) atas jalanku dan jalan para
sahabatku.”
Maka istilah tentang ini disebutkan dengan
istilah Ahlussunnah wal Jama’ah, yang tidak boleh diperselisihkan oleh
umatnya. Dan apabila mereka berbeda paham akan hal ini, maka paham-paham yang
di luar aqidah tersebut adalah sesat dan menyesatkan. Maka kita wajib
mempelajari ilmu tauhid semampunya kita, baik yang bersifat ketuhanan atau
kenabian-kerasulan atau semua Nabi dan Rasul, khususnya Rasul terakhir yakni
Baginda Nabi kita Muhammad SAW.
Apabila semua nilai di atas kita pahami
berarti telah benarlah jalan hidup kita yang dipimpin dengan jalan keagamaan
yang benar baik bersifat aqidah maupun bersifat syari’ah.
Kita umat Islam hendaknya mengamalkan
syari’at Islam dan aqidah islamiyah, dan apabila kita mengamalkannya maka kita
akan memperoleh rahmat Allah yang diturunkan-Nya dari pada nilai-nilai yang
telah tertulis dan ditetapkan dalam kandungan firman Allah pada ayat yang
tersebut sebelumnya. Kelanjutan dari padanya adalah nilai-nilai yang makmur
dalam hidup kita khususnya yang bersifat fisik, tidak terlepas dari pada
sentuhan air bersih yang diturunkan dari langit ke bumi dan tersimpan di
dalamnya, kemudian menetap serta mengalir kemana-mana.
Apabila umat manusia itiqamah sedemikian
rupa sebagaimana seperti tuntunan Allah yang disampaikan oleh para ulama
syari’at dan thariqat, Insya Allah mereka akan selamat dari pada
berbagai malapetaka yang merupakan cobaan Allah untuk menguji apakah kita
benar-benar berjalan pada jalan istiqamah pada semua perintah-Nya yang
diperintahkan-Nya dan menjauhkan larangan-larangan Allah yang telah dilarang
oleh-Nya. Akan tetapi apabila kita berpaling dfari segala yang diingatkan Allah
kepada kita, maka dapat mengganggu keimanan kita, sehingga batin kita rusak,
hingga dapat mengganggu keislaman kita, hingga terganggulah tauhid kita dan
hubungan sesama kita umat islam. Dimana segala perbuatan kita, tekad kita, dan
cita-cita kita berdasarkan atas Islam dalam syariatnya dan keimanannya.
Apakah kita umat Islam Indonesia dan
khususnya Melayu Raya, dan lebih khususnya lagi kita selaku umat Aceh ini sudah
mulai mengarah kepada jalan yang benar, syariat Islam dan aqidah Islam Ahlussunnah
wal Jama’ah, baik lahir maupun batin? Apabila hal keadaan ini tidak terniat
sedikitpun dalam hati kita dan tidak ada tergerak sama sekali untuk melangkah
dengan perbuatan, ketahuilah dan yakinlah apabila keadaan ini tidak ada
perhatian kita segala apa yang ada ini berupa rahmat dan nikmat-Nya ditarik
kembali oleh Allah SWT. Maka mari kita bersatu tekad untuk kembali pada jalan
yang benar, jalan syariat islam dan aqidah Islamiyah, dimana jalan ini telah
dilalui dan telah menjadi satu ketetapan sejak zaman dahulu kala, sebagaimana
yang telah dirintis oleh para ulama Aceh dan raja-rajanya seperti tertera dalam
sebuah kalimat petuah lama: “Adat bak po teumeuruhom, hukom bak syiah kuala”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar